Askep Terapi Hiperbarik Oksigen pada Pasien dengan Diabetes Mellitus dan Gangren

Asuhan Keperawatan Terapi Hiperbarik Oksigen pada Pasien dengan Diabetes Mellitus dan Gangren

Source: lakesla.com
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA




  1. Definisi diabetes mellitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2009).

Tips Mengambil Darah Intravena dan Intraarteri

Tips Trik Mengambil Sampel Darah



Assalamualaikum Wr.Wb

Hai Sob, kali ini saya akan mengajak kalian semua para calon perawat hebat mengenali tip-tips bagaimana sih caranya agar berhasil saat mengambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap, serum elektrolit, faal hati, kimia klinik, analisa gas darah dan sebaginya. Yuk sob langsung saja

Tips Mengambil Darah Intravena dan Intraarteri
sampel

  1. Persiapkan alat dengan lengkap, jangan lupa bengok dan nampan untuk tempat peralatan kita. Umumnya peralatan yang dibutuhkan sih ini: Perlak, Tourniquet, Spuit dan Jarum, Alkohol Swabs, Plester. Jangan lupa APD nya ya sob
  2. Carilah vena yang perifer artinya menonjol. Bila arteri, rabalah arteri yang paling keras berdenyut mulai arteri radialis, brachialis, yang terakhir femoralis.
  3. Yakinkan hati bahwa kamu akan berhasil mengambilnya sob
  4. Pasang peralatan sesuai urutannya
  5. Bila akan mengambil darah intravena, posisikan tangan senyaman mungkin, juga posisikan siku lurus jangan sampai tertekuk (rasional: membuat pembuluh darah semakin terangkat ke perifer), lalu pelan-pelan saja sob yang penting tenang, konsentrasi, jangan terburu-buru. Terus juga biarkan tourniquet membendung vena yang kalian tuju sekitar 1 menit, pokoknya jangan terburu-buru ya. Bila akan mengambil darah intraarteri, kamu hanya perlu mencari nadi yang paling keras berdenyut karena itu artinya pada bagian itu arteri paling perifer (gak mungkin kan sob seluruh tubuh kedalamannya sama :D). Nah, jangan hanya sekali dua kali kalian meraba arterinya sob (kecuali kalo udah mahir dan hafal posisi mana yang paling perifer), cobalah meyakinkan posisi itu dengan membandingkan denyutannya dengan denyut-denyut lain di sekitarnya (ingat anatomi pembuluh darah ya sob).
  1. Setelah kamu yakin dengan tempat yang udah kalian tentukan, mulailah untuk menginsersikan jarum spuit itu, dengan memperhatikan dan ini ‘feeling’ kalian di sini penting sekali sob. Untuk pengambilan intravena ambil dengan posisi jarum 15-30o. Pada penambilan darah vena, kalau sudah mendapatkan posisinya (tandanya keluar darah di spuit), tahan spuit dengan menempelkan pada kulit biasa (tenang sob, karena vena gak akan pecah, dia akan lentur mengikuti jarum, ini tujuannya biar jarum kalian gak keluar posisi), setelah ditahan/ fiksasi, lalu tarik ujung spuit secara perlahan (jangan terlalu cepat karena bisa membuat komponen darah di dalamnya lisis, mempengaruhi nilai Hb, Eritrosit dan Hematocrit). Kalau intraarteri kalian perlu memberi susut 90o. Nah, khusus intrarteri ini kalian jangan langsung memasukkan ke kedalaman yang kalian perkirakan, pelan pelan, dan beri jeda setiap perjalanan jarum tersebut, jadi misalkan saya gambarkan, seperti ini sob. Alasannya karena kedalaman arteri itu biasanya tidak terduga, makanya kita perlu melihat spuit kita setiap kita sedikit memasukkan jarum tersebut.
sampel darah

    1. Nah, kalau sudah, kalian segera memasukkan pada tabung yang sudah disediakan ya guys, sesuai keperluan. Kalau darah lengkap: tabung ungu, serum elektrolit: kuning, Faal Hemostasis: Biru, Kimia darah: merah, dsb. Karena tabung tabung sekarang merupakan tabung vakum, kalian tidak perlu mendorong isinya sob, kalian hanya perlu menusukkan pada karet tabung, dan taraaa darah otomatis akan masuk sendiri ke dalam tabungnya. Hehe

    Sekian ya Sob, semoga bermanfaat. Wassalamualaikum wr.wb

    (Oleh: Farikhah Mahdalena S.Kep)


    Materi Penyuluhan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan Flip chart

    Materi Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) dan Flip Chart


    1. Pengertian Infeksi Nosokomial atau HAIs
    Health-care Associated Infections (HAIs) adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara dua sampai empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat.

    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman
    infeksi

    Infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik melalui :
    1. Pasien
    Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan yang lainnya.

    1. Petugas kesehatan
    Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.

    1. Pengunjung
    Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.

    1. Sumber lainnya
    Sumber lain  yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.

    1. Rantai Penularan Infeksi
    Menurut Potter & Perry (2005) proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, Proses tersebut melibatkan beberapa unsur diantaranya:
    1. Agen infeksi  (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.  Pada manusia dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit.
    2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
    3. Port of exit (pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membran mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
    4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi  dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :
      1. Kontak (contact transmission):
      2. Langsung/direct:   kontak badan ke badan pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasien.
      3. Tidak langsung/indirect: kontak melalui objek (benda/alat) perantara: melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci.
      4. Droplet: partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak penyebaran pendek, tidak bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva, hidung, mulut contoh: Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib),  virus Influenza, mumps, rubella.               
      5. Airborne: partikel kecil ukuran <  5 μm, bertahan lama di udara, jarak penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
      6. Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan) pada pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, serum, plasma, tinja, makanan.
      7. Vektor : Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat menularkan kuman penyebab  cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.
    1. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui:  saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
    2. Pejamu rentan (suseptibel) adalah  orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan  imunosupresan. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

    1. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
    Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen infeksi (patogenesis, virulesi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor resiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan. (Depertemen Kesehatan, 2009).

    1. Elemen yang Berperan Dalan PPI
      1. Petugas kesehatan
      2. Pasien
      3. Keluarga pasien
      4. Pengunjung Rumah Sakit
      5. Setiap orang yang datang ke rumah sakit

    1. Hal Penting tentang PPI yang Harus Diketahui Oleh Pasien dan Keluarga Pasien:
      1. Cuci tangan dengan cara yang benar di saat yang tepat
    Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS. Menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Teknik yang digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai sabun dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol.

    Kapan Mencuci Tangan?
    1. Sebelum kontak dengan pasien
    2. Sebelum melakukan tindakan aseptik dan bersih
    3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
    4. Setelah kontak dengan pasien
    5. Setelah terpapar dengan benda-benda disekitar pasien

    Alternatif Kebersihan Tangan
    Handrub berbasis alkohol 70%:
    1. Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas
    2. Tidak mahal, mudah didapat dan mudah dijangkau
    3. Dapat dibuat sendiri (gliserin 2 ml  dan 100 ml alkohol 70 %)
    4. Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan  air bersih mengalir dan sabun harus dilakukan
    5. Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika tangan kotor harus mencuci tangan  sabun dan air mengalir
    6. Setiap 5 kali aplikasi Handrub harus mencuci tangan  sabun dan air mengalir
    7. Mencuci tangan sabun biasa dan air bersih mengalir sama efektifnya  mencuci tangan  sabun antimikroba
    8. Sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit

    Enam langkah kebersihan tangan:
    Langkah 1    : Gosokkan kedua telapak tangan
    Langkah 2    : Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan, dan lakukan sebaliknya
    Langkah 3    : Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari-jari tangan saling menyilang
    Langkah 4    : Gosok ruas-ruas jari tangan kiri dengan ibu jari tangan kanan dan lakukan sebaliknya
    Langkah 5    : Gosok Ibu jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan secara memutar, dan lakukan sebaliknya
    Langkah 6    : Gosokkan semua ujung-ujung jari tangan kanan di atas telapak tangan kiri, dan lakukan sebaliknya

    Untuk mencuci tangan :
    1. Lepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan.
    2. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
    3. Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang mengandung anti septik selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari digosok menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
    4. Bilas tangan dengan air bersih dan mengalir.
    5. Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

    1. Menerapkan etika batuk yang benar
    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

    1. Penggunaan masker
    Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker mencegah penularan kuman patogen melalui mulut dan hidung.

    Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan hidung sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar dari sela-selanya.

    Langkah-langkah penggunaan masker:
    1. Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada stip motal yang tipis).
    2. Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
    3. Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.
    4. Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.

    1. Membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia
    Sampah Rumah Sakit atau disebut juga limbah padat Rumah Sakit adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990).

    Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
    1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis seperti botol bekas, plastik bekas, kertas, bungkus makan. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam.
    2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
    1. limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning.
    2. limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik coklat.
    3. limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.
    4. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safety box/container.
    5. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.

    1. Mematuhi aturan Rmah Sakit
    2. Tidak merokok di lingkungan Rumah Sakit
    Rokok diketahui menyebabkan kanker paru-paru, penyakit pernapasan. Perokok cenderung memiliki masalah kesehatan lainnya yang terkait dengan risiko jantung, termasuk kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi dan diabetes. Selain itu para peneliti juga menemukan seorang perokok memungkinkan untuk meninggal dalam 6 bulan setelah serangan jantung dibandingkan dengan seseorang yang tidak merokok.

    Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Fasilitas pelayanan kesehatan termasuk dalam Kawasan Tanpa Rokok.

                Sasaran Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit
    1. Pimpinan/penanggung jawab/pengelola fasilitas pelayanan kesehatan.
    2. Pasien.
    3. Pengunjung.
    4. Tenaga medis dan non medis.

    1. Berkunjung sesuai waktu yang ditentukan
    Tidak mungkin seseorang yang hanya sakit ringan diharuskan di inapkan di RS. Bila seseorang sampai diharuskan di inapkan di RS berarti orang tersebut menderita suatu penyakit yang cukup serius. Dan seperti anda tahu, hal yang menunjang penyembuhan bukanlah obat semata, istrahat yang cukup juga menunjang penyembuhan. Dengan berkunjung hanya jam besuk, anda memberikan waktu istrahat yang cukup bagi pasien untuk memulihkan kesehatannya.

    1. Lebih baik tidak berkunjung ke Rumah Sakit bila dalam keadaan sakit
    2. Tidak membawa anak <12 tahun untuk berkunjung/ menginap di Rumah Sakit
    Anak-anak memiliki kekebalan tubuh yang belum sempurna, sehingga perlindungan tubuh terhadap paparan bakteri, virus dan kuman-kuman lain yang ada dirumah sakit tidak sebaik pada mereka para orang tua yang memiliki imunitas tubuh lebih baik. Itulah sebabnya anak kecil biasanya mudah sakit karena lebih rentan untuk tertular penyakit.

    Membawa anak, selain risiko tertular penyakit, kerugian lain yang mungkin didapat adalah timbulnya trauma pada anak sehingga jika suatu saat anak sakit akan sulit/takut di bawa ke dokter atau rumah sakit. Trauma itu timbul karena kesan menyeramkan dan menakutkan kadang-kadang masih terdapat dibeberapa rumah sakit khusunya rumah sakit daerah dengan bangunan-bangunan tua peninggalan belanda. Penyebab ketakutan/trauma lainnya bisa juga akibat anak melihat pasien yang berdarah-darah pada kasus kecelakaan lalu lintas, atau melihat pasien yang sedang merintih kesakitan, hingga mereka yang sedang mengalami sakaratul maut. Bagi anak hal-hal semacam itu dapat selalu terngiang didalam pikiran mereka, sehingga membuat mereka menjadi antipati/ phobia terhadap rumah sakit. Selain menyebabkan dampak kerugian pada anak, membawa anak ke rumah sakit dikhawatirkan akan mengganggu istirahat pasien. Seperti kita tahu anak sering mudah rewel/ menangis, lari ke sana kemari, teriak-teriak sambil bermain. Hal semacam itu kelihatan sepele, namun dapat mempengaruhi kondisi penyembuhan pasien.

    1. Pengunjung tidak boleh makan minum di ruangan pasien
    2. Pengunjung tidak diperbolehkan meludah sembarangan di area Pelayanan Kesehatan
    Air liur atau ludah adalah cairan tubuh yang terdapat di mulut. Sebenarnya cairan ini sangat bermanfaat bagi metabolisme tubuh karena membantu mulut tetap lembap dan membantu pencernaan. Selain itu, air liur juga berfungsi untuk membersihkan makanan dari lapisan mulut dan membantu menumbuhkan lapisan gigi yang rusak.

    Meski demikian, dalam kondisi tertentu air liur atau ludah juga ternyata bisa menularkan penyakit. Ada beberapa bakteri atau virus penyakit yang betah hidup di air liur misalnya influenza, batuk, tuberculosis (TBC), herpes, hingga hepatitis B. 

    Anda perlu berhati-hati jika menemukan orang yang meludah sembarangan. Jangan sampai ludah orang lain mengenai kita atau sebaliknya, karena bisa saja bakteri atau virus penyebab jenis jenis penyakit ada di dalamnya.


    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Yayasan. Mutiara. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
    Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
    Depkes RI. 2010. Pusat Promosi Kesehatan Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok: Jakarta: Kemenkes RI
    Depkes RI. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI
    Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &. Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
    http://web.rshs.or.id/limbah-rumah-sakit/
    http://www.kompasiana.com/dr_wahyutriasmara/jangan-ajak-anak-anak-ke-rumah-sakit_5520423aa333112745b65a6b



    --- Flip chart ---


    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman, bakteri, virusPencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman, bakteri, virus



    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman, bakteri, virusPencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman, bakteri, virus








    Materi Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) dan Flip Chart


    1. Pengertian Infeksi Nosokomial atau HAIs
    Health-care Associated Infections (HAIs) adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara dua sampai empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat.

    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman
    infeksi

    Infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik melalui :
    1. Pasien
    Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan yang lainnya.

    1. Petugas kesehatan
    Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.

    1. Pengunjung
    Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.

    1. Sumber lainnya
    Sumber lain  yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.

    1. Rantai Penularan Infeksi
    Menurut Potter & Perry (2005) proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, Proses tersebut melibatkan beberapa unsur diantaranya:
    1. Agen infeksi  (infectious agentadalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.  Pada manusia dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit.
    2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
    3. Port of exit (pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membran mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
    4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi  dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :
      1. Kontak (contact transmission):
      2. Langsung/direct:   kontak badan ke badan pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasien.
      3. Tidak langsung/indirect: kontak melalui objek (benda/alat) perantara: melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci.
      4. Droplet: partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak penyebaran pendek, tidak bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva, hidung, mulut contoh: Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib),  virus Influenza, mumps, rubella.               
      5. Airborne: partikel kecil ukuran <  5 μm, bertahan lama di udara, jarak penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
      6. Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan) pada pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, serum, plasma, tinja, makanan.
      7. Vektor : Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat menularkan kuman penyebab  cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.
    1. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui:  saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
    2. Pejamu rentan (suseptibel) adalah  orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan  imunosupresan. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

    1. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
    Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen infeksi (patogenesis, virulesi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor resiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan. (Depertemen Kesehatan, 2009).

    1. Elemen yang Berperan Dalan PPI
      1. Petugas kesehatan
      2. Pasien
      3. Keluarga pasien
      4. Pengunjung Rumah Sakit
      5. Setiap orang yang datang ke rumah sakit

    1. Hal Penting tentang PPI yang Harus Diketahui Oleh Pasien dan Keluarga Pasien:
      1. Cuci tangan dengan cara yang benar di saat yang tepat
    Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS. Menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Teknik yang digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai sabun dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol.

    Kapan Mencuci Tangan?
    1. Sebelum kontak dengan pasien
    2. Sebelum melakukan tindakan aseptik dan bersih
    3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
    4. Setelah kontak dengan pasien
    5. Setelah terpapar dengan benda-benda disekitar pasien

    Alternatif Kebersihan Tangan
    Handrub berbasis alkohol 70%:
    1. Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas
    2. Tidak mahal, mudah didapat dan mudah dijangkau
    3. Dapat dibuat sendiri (gliserin 2 ml  dan 100 ml alkohol 70 %)
    4. Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan  air bersih mengalir dan sabun harus dilakukan
    5. Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika tangan kotor harus mencuci tangan  sabun dan air mengalir
    6. Setiap 5 kali aplikasi Handrub harus mencuci tangan  sabun dan air mengalir
    7. Mencuci tangan sabun biasa dan air bersih mengalir sama efektifnya  mencuci tangan  sabun antimikroba
    8. Sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit

    Enam langkah kebersihan tangan:
    Langkah 1    : Gosokkan kedua telapak tangan
    Langkah 2    : Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan, dan lakukan sebaliknya
    Langkah 3    : Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari-jari tangan saling menyilang
    Langkah 4    : Gosok ruas-ruas jari tangan kiri dengan ibu jari tangan kanan dan lakukan sebaliknya
    Langkah 5    : Gosok Ibu jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan secara memutar, dan lakukan sebaliknya
    Langkah 6    : Gosokkan semua ujung-ujung jari tangan kanan di atas telapak tangan kiri, dan lakukan sebaliknya

    Untuk mencuci tangan :
    1. Lepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan.
    2. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
    3. Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang mengandung anti septik selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari digosok menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
    4. Bilas tangan dengan air bersih dan mengalir.
    5. Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

    1. Menerapkan etika batuk yang benar
    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

    1. Penggunaan masker
    Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker mencegah penularan kuman patogen melalui mulut dan hidung.

    Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan hidung sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar dari sela-selanya.

    Langkah-langkah penggunaan masker:
    1. Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada stip motal yang tipis).
    2. Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
    3. Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.
    4. Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.

    1. Membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia
    Sampah Rumah Sakit atau disebut juga limbah padat Rumah Sakit adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990).

    Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
    1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis seperti botol bekas, plastik bekas, kertas, bungkus makan. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam.
    2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
    1. limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning.
    2. limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik coklat.
    3. limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.
    4. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat  medis lainnya. Penyimpanannya pada safety box/container.
    5. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.

    1. Mematuhi aturan Rmah Sakit
    2. Tidak merokok di lingkungan Rumah Sakit
    Rokok diketahui menyebabkan kanker paru-paru, penyakit pernapasan. Perokok cenderung memiliki masalah kesehatan lainnya yang terkait dengan risiko jantung, termasuk kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi dan diabetes. Selain itu para peneliti juga menemukan seorang perokok memungkinkan untuk meninggal dalam 6 bulan setelah serangan jantung dibandingkan dengan seseorang yang tidak merokok.

    Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Fasilitas pelayanan kesehatan termasuk dalam Kawasan Tanpa Rokok.

                Sasaran Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit
    1. Pimpinan/penanggung jawab/pengelola fasilitas pelayanan kesehatan.
    2. Pasien.
    3. Pengunjung.
    4. Tenaga medis dan non medis.

    1. Berkunjung sesuai waktu yang ditentukan
    Tidak mungkin seseorang yang hanya sakit ringan diharuskan di inapkan di RS. Bila seseorang sampai diharuskan di inapkan di RS berarti orang tersebut menderita suatu penyakit yang cukup serius. Dan seperti anda tahu, hal yang menunjang penyembuhan bukanlah obat semata, istrahat yang cukup juga menunjang penyembuhan. Dengan berkunjung hanya jam besuk, anda memberikan waktu istrahat yang cukup bagi pasien untuk memulihkan kesehatannya.

    1. Lebih baik tidak berkunjung ke Rumah Sakit bila dalam keadaan sakit
    2. Tidak membawa anak <12 tahun untuk berkunjung/ menginap di Rumah Sakit
    Anak-anak memiliki kekebalan tubuh yang belum sempurna, sehingga perlindungan tubuh terhadap paparan bakteri, virus dan kuman-kuman lain yang ada dirumah sakit tidak sebaik pada mereka para orang tua yang memiliki imunitas tubuh lebih baik. Itulah sebabnya anak kecil biasanya mudah sakit karena lebih rentan untuk tertular penyakit.

    Membawa anak, selain risiko tertular penyakit, kerugian lain yang mungkin didapat adalah timbulnya trauma pada anak sehingga jika suatu saat anak sakit akan sulit/takut di bawa ke dokter atau rumah sakit. Trauma itu timbul karena kesan menyeramkan dan menakutkan kadang-kadang masih terdapat dibeberapa rumah sakit khusunya rumah sakit daerah dengan bangunan-bangunan tua peninggalan belanda. Penyebab ketakutan/trauma lainnya bisa juga akibat anak melihat pasien yang berdarah-darah pada kasus kecelakaan lalu lintas, atau melihat pasien yang sedang merintih kesakitan, hingga mereka yang sedang mengalami sakaratul maut. Bagi anak hal-hal semacam itu dapat selalu terngiang didalam pikiran mereka, sehingga membuat mereka menjadi antipati/ phobia terhadap rumah sakit. Selain menyebabkan dampak kerugian pada anak, membawa anak ke rumah sakit dikhawatirkan akan mengganggu istirahat pasien. Seperti kita tahu anak sering mudah rewel/ menangis, lari ke sana kemari, teriak-teriak sambil bermain. Hal semacam itu kelihatan sepele, namun dapat mempengaruhi kondisi penyembuhan pasien.

    1. Pengunjung tidak boleh makan minum di ruangan pasien
    2. Pengunjung tidak diperbolehkan meludah sembarangan di area Pelayanan Kesehatan
    Air liur atau ludah adalah cairan tubuh yang terdapat di mulut. Sebenarnya cairan ini sangat bermanfaat bagi metabolisme tubuh karena membantu mulut tetap lembap dan membantu pencernaan. Selain itu, air liur juga berfungsi untuk membersihkan makanan dari lapisan mulut dan membantu menumbuhkan lapisan gigi yang rusak.

    Meski demikian, dalam kondisi tertentu air liur atau ludah juga ternyata bisa menularkan penyakit. Ada beberapa bakteri atau virus penyakit yang betah hidup di air liur misalnya influenza, batuk, tuberculosis (TBC), herpes, hingga hepatitis B. 

    Anda perlu berhati-hati jika menemukan orang yang meludah sembarangan. Jangan sampai ludah orang lain mengenai kita atau sebaliknya, karena bisa saja bakteri atau virus penyebab jenis jenis penyakit ada di dalamnya.


    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Yayasan. Mutiara. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
    Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
    Depkes RI. 2010. Pusat Promosi Kesehatan Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok: Jakarta: Kemenkes RI
    Depkes RI. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI
    Potter & Perry2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &. Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
    http://web.rshs.or.id/limbah-rumah-sakit/
    http://www.kompasiana.com/dr_wahyutriasmara/jangan-ajak-anak-anak-ke-rumah-sakit_5520423aa333112745b65a6b



    --- Flip chart ---


    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman, bakteri, virusPencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman, bakteri, virus



    Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman, bakteri, virusPencegahan dan Pengendalian Infeksi, kuman, bakteri, virus






    Materi Penyuluhan : Perawatan Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah + Leaflet

    MATERI PENYULUHAN JANTUNG KORONER DAN LEAFLET

    1. Penyakit Jantung
    1. Pengertian Penyakit Jantung
    Penyakit jantung adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung mengalami kerusakan akibat penumpukan lemak atau kolesterol di pembuluh darah jantung. Akibatnya, jantung mengeras dan menyempit sehingga menyumbat aliran darah sehingga jantung tidak mendapat oksigen dan makanan yang diperlukan untuk berfungsi secara normal.
    JANTUNG KORONER, Materi Penyuluhan : Perawatan Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah + Leaflet
    Coronary syndrome
    1. Tanda dan Gejala
    1. Nyeri dada sebelah kiri saat beraktivitas
    2. Pusing dan sakit kepala
    3. Sesak nafas
    4. Kehilangan kesadaran

    3.  Siapa saja yang bisa terkena penyakit jantung?
    1. Lansia
    Semakin tua usia seseorang maka kekenyalan pembuluh darah pun juga akan berkurang.

    1. Perokok
    Bahan dalam asap rokok yang membahayakan kesehatan jantung adalah nikotin dan karbon. Tiap batang rokok yang dibakar akan menghasilkan 3-6% karbonmonoksida dan sekitar 0,5 mg nikotin. Kadar karbon dalam darah seorang perokok dapat mencapai 5%. Keadaan ini akan menyebabkan penebalan dinding pebuluh darah. Akibatnya perokok memiliki risiko 3x lebih besar terkena penyakit jantung dibandingkan denganorang yang tidak merokok (Wiryowidagdo, 2002)

    1. Orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi
    Timbunan lemak jahat atau biasa disebut dengan kolesterol yang terlalu tinggi akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan akan membentuk plak. Hal ini membuat pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga menghambat aliran darah ke otot jantung yang mengganggu kerja jantung.

    1. Orang dengan hipertensi/ tekanan darah tinggi
    Tkanan darah yang tinggi akan menyebabkan tumpukan plak pada dinding pembuluh darah terlepas sehingga akan menyumbat daerah pembuluh darah yang lebih sempit. Jika plak menyumbat pembuluh darah pada jantung akan menyebabkan menurunnya atau bahkan terhentinya suplai oksigen dan nutrisi ke bagian organ jantung sehingga akan terjadi penyakit jantung.

    1. Penderita Diabetes Mellitus atau kencing manis
    Penderita diabetes saat kadar gula arah tinggi akan menyebabkan pengerasan dan kekakuan pada pembuluh darah. Pada kondisi lebih parah pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi untuk tubuh akan mati.

    1. Obesitas/ kegemukan
    Pada orang obesitas, beban kerja jantung bertambah untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.

    1. Orang dengan stressor tinggi/ sering stress
    2. Kurang berolahraga
    3. Memiliki riwayat keturunan penyakit jantung
    Hal ini bergantung pada gen yang diwariskan dari orang tua yang rentan terkena kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, ataupun diabetes. Selain itu kesamaan gaya hidup juga menentukan, misalnya gaya hidup merokok dan gemar makan makanan tinggi lemak.

    1. Penanganan awal
    Hal yang harus dilakukan orang awam jika menemukan orang yang mengalami serangan penyakit jantung sampai di bawa ke RS maka berikan pertolongan petama sebelum membawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis. Pertolongan petama dikenal dengan sebutan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau RJP (resusitasi jantung paru). Hal ini hnya dilakukan untuk orang yang mengalami henti nafas dan henti jantung. Segeralah memanggil pertolongan dan membawa ke rumah sakit untuk medapt petolongan medis (Hermawati, 2014).

    1. Manajemen Pembatasan Cairan
    1. Kebutuhan cairan dan elektrolit
    Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.

    1. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
    Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria. Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan:
    Umur
    Jumlah air dalam 24 jam
    Fungsi ml/kg berat badan
    3 hari
    250-300
    80-100
    1 tahun
    1150-1300
    120-135
    2 tahun
    1350-1500
    115-125
    4 tahun
    1600-1800
    100-110
    10 tahun
    2000-2500
    70-85
    14 tahun
    2200-2700
    50-60
    18 tahun
    2200-2700
    40-50

    Kebutuhan cairan manusia berdasarkan usia
    (Asmadi, 2008)
    Dewasa
    2400-2600
    20-30


    1. Manajemen Cairan
    1. Prinsip Diet
    Terapi gizi bagi pasien-pasien jantung, khususnya pada pasien gagal jantung harus berfokus pada kesimbangan status cairan dan elektrolit.

    1. Pemantauan kadar kalium, jika pasien mendapatkan terapi diuretik, pada hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang banyak mengandung kalium, seperti air kacang hijau atau suplemen kalium.
    2. Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 gr natrium perhari (konsumsi garam yang berlebihan dan menyebabkan retensi cairan sehingga menambah berat gejala edema yang biasa terjadi pada dekompensasi jantung).
    3. Penyesuaian pembatasan cairan dilakukan menurut:
    1. Respon pasien terhadap pengobatan.
    2. Kepatuhan terhadap pembatasan natrium.
    3. Intensitas/progresivitas penyakit
    4. Cairan: dibatasi, bila ada edema paru keseimbangan cairan harus negatif, cairan yang masuk (infus & minuman/makanan) lebih sedikit dari pada cairan yang keluar (Urine & IWL)
    5. Vitamin, mineral & elektrolit
    1. Natrium dibatasi: 1500 – 2000 mg/hari
    2. Kalium: 2000 – 6000 mg/hari
    3. Magnesium: 300 – 350 mg/hari
    Pedoman praktis untuk pasien gagal jantung juga mendemonstrasikan untuk restriksi diet sodium. Pembatasan konsumsi sodium 2-3 gram per hari direkomendasikan, berdasarkan konsensus ahli, untuk pasien gagal jantung simtomatis dengan terapi medis optimal termasuk diuretik. Diet tinggi sodium dikaitkan dengan keluaran pada populasi sehat, termasuk insiden hipertensi dan terkait dengan keluaran stroke dan gagal jantung. The Dietary Reference Intake merekomendasikan sodium untuk dewasa sehat (usia 14-50 tahun ) yaitu 1.5 gram/ hari dan intake terbanyak yang masih bisa ditoleransi sebesar 2.3 gram/ hari.

    Pemantauan berat badan harian merupakan bagian yang penting dari manajemen diri- sendiri. Pasien harus mengukur berat badan harian, pada jam dan alat ukur yang sama, dan merespon apabila terdapat penambahan berat badan mendadak >2 kilogram dalam 3 hari. Tidak disarankan adanya restriksi cairan rutin pada pasien stabil dengan gagal jantung ringan hingga sedang. Restriksi cairan sebesar 1,5-2 liter/hari dapat dipertimbangkan pada pasien dengan gejala berat. Dari literatur disebutkan bahwa kepatuhan terhadap pemantauan berat badan ≥6 dari 7 hari akan menurunkan angka hospitalisasi dan kunjungan ke bagian emergensi terkait gagal jantung.
    1. Tujuan
    Asupan cairan harus dibatasi, tidak lebih dari 8 gelas per hari. Ini mencakup semua jenis cairan yang diminum, pada saat makan dan antara waktu makan. Jika natrium darah berada pada tingkat yang rendah, pasien mungkin harus secara drastis mengurangi asupan cairan agar tubuh dapat mengimbangi kadar natrium darah. 

    Pembatasan asupan air pada penderita penyakit jantung sangat perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun Insensible Water Lass. Dengan konsumsi bahwa air yang keluar melalui Insensible Water Lass antara 500-800 ml/hari (sesuai dengan luas permukaan tubuh) maka air yang masuk dianjurkan 500-800 ml ditambah jumlah urin. (Sudoyo dkk, 2006)

    1. Manajemen Diet
    Terapi nutrisi pada pasien jantung harus ditujukan kepada hal-hal berikut ini:
    1. Kurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh, seperti daging merah, jeroan, otak sapi, kuning telur, keju dan lain-lain.
    2. Tingkatkan asupan serat seperti buah pir, pepaya, oatmeal, roti gandum untuk mengikat kolesterol yang dihasilkan oleh tubuh sendiri dalam bentuk garam empedu sehingga kolesterol tidak diserap kembali oleh usus. Ganti konsumsi daging merah dengan daging putih seperti ayam kampung dan ikan atau dengan protein nabati seperti tempe atau tahu (kedelai mengandung soya-lecithine dan isoflavon yang dapat menurunkan kadar kolesterol).
    3. Perbanyak minum air putih. Orang dengan sakit jantung harus banyak mengkonsumsi serat dan air agar menghindari sembelit dan mengejan. Sebab, mengejan dapat berefek buruk. Jika ada pembekuan darah, mengejan dapat menyebabkan bekuan darah lepas dan akhirnya menyumbat pembuluh darah di jantung. Akibatnya peredaran darah ke jantung berhenti dan memicu terjadinya serangan berulang pada jantung. Namun, tidak semua pasien dengan penyakit jantung harus banyak minum, ada juga yang harus dibatasi minumnya karena ada indikasi penumpukan cairan dalam tubuh seperti penumpukan cairan di paru ataupun bengkak.
    4. Tingkatkan konsumsi ikan, khususnya ikan laut yang kaya akan asam lemak omega-3, paling tidak 2-3kali seminggu.
    5. Sering mengkonsumsi buah dan sayuran.
    6. Jangan menggoreng makanan dengan banyak minyak atau dengan jelantah. Gunakan minyak dalam jumlah sedikit sekali pakai. Kalau bisa pilih minyak tak jenuh tunggal seperti minyak zaitun.
    7. Gunakan susu skim, susu kedelai, atau yogurt non-fat dari pada susu fullcream.
    8. Lebih baik gunakan bumbu seperti kunyit, bawang putih,dll untuk memepes ikan daripada menggorengnya dengan mentega atau margarine.

    1. Manajemen Aktivitas
    Seringkali penderita jantung yang di rawat di rumah sakit dianjurkan agar lebih banyak melakukan aktivitas di tempat tidur sehingga untuk urusan buang air kecil maupun buang air besar dilakukan juga di tempat tidur. Tujuan pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitasnya di tempat tidur adalah, dimana dengan melakukan pemenuhan aktivitas ditempat tidur diharapkan pasien menghindari aktivitas berlebih. Jika pasien melakukan aktivitas berlebih sementara jantung pasien dalam keadaan ‘kurang’ baik maka bisa berakibat jantung bekerja semakin keras dan akhirnya berakibat fatal. Aktivitas seperti mengangkat beban, mandi bahkan berjalan merupakan aktivitas yang biasa bagi orang kebanyakan tapi aktivitas yang terlihat ‘mudah’ itu akan terlihat berbeda jika dilakukan pasien jantung. Jika pada orang kebanyakan jantung dapat dengan mudah berkompensasi terhadap aktivitas yang dilakukan maka pada pasien jantung (terjadi pembesaran jantung, kematian jaringan pada jantung, kelainan katub dan lain-lain) hal ini susah untuk dilakukan karena ‘kelainan’ pada jantung yang akan memaksa jantung untuk bekerja ektra keras untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Aktivitas tadi akan membuat jantung penderita berdetak lebih kencang yang mana detakan ini tidak dilakukan dengan sempurna sehingga kebutuhan oksigen yang kaya akan nutrisi yang mengalir melalui darah akan menjadi berkurang atau terhambat ke jantung. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas berlebih mesti dihindari oleh pasien jantung karena bukan hanya nyeri dada saja yang dirasakan, tapi bisa juga berujung kematian.

    Setelah tahap pemulihan, untuk menjaga agar tubuh selalu dalam kondisi fit, olahraga yang teratur memang sangat diperlukan. Aktivitas fisik ini tidak saja bermanfaat bagi yang sehat, tetapi juga bagi mereka yang mempunyai masalah penyakit jantung. Tetapi khusus penderita sakit jantung, olahraga dapat diibaratkan buah simalakama. Dilakukan salah, tidak dilakukan justru dapat berakibat lebih buruk. Menurut spesialis bedah jantung, paru dan pembuluh darah dari MRCCC Siloam, Yanto Sandy Tjang, bagi mereka yang sudah divonis sakit jantung, olahraga tetap harus dilakukan tetapi intensitasnya harus dikurangi.  Pasien juga harus memilih olahraga ringan untuk menghindari beban kerja jantung yang terlalu berat. Dengan berolahraga 30 menit tiap hari dapat memperbaiki kesehatan jantung dan memberi manfaat efektif bagi kesehatan, misalnya jalan pagi.



    DAFTAR PUSTAKA
    Asmadi 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika, Jakarta
    Bhupathiraju S.N. & Tucker K. L 2011, Coronary heart disease prevention: Nutrients, foods, and dietary patterns. Clinica Chimica Acta; International Journal of Clinical Chemistry 412 (17-18):1493-1514
    British Nutrition Foundation 2005, Cardiovascular disease: Diet, nutrition and E merging Risk factor, Blackwell Publishing, UK
    Hermawati R. 2014, Berkat herbal penyakit jantung koroner kandas. FMedia, Jakarta
    Hidayat A.A.A. 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
    Mulyaningsih F. 2008, Penderita Jantung Menjadi Bugar melalui Olahraga, UNY, Yogyakarta
    Wiryowidagdo 2002, Tanaman obat untuk penyakit jantung, darah tinggi, dan kolesterol. Argomedia Pustaka, Jakarta



    -- Leaflet --









    MATERI PENYULUHAN JANTUNG KORONER DAN LEAFLET

    1. Penyakit Jantung
    1. Pengertian Penyakit Jantung
    Penyakit jantung adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung mengalami kerusakan akibat penumpukan lemak atau kolesterol di pembuluh darah jantung. Akibatnya, jantung mengeras dan menyempit sehingga menyumbat aliran darah sehingga jantung tidak mendapat oksigen dan makanan yang diperlukan untuk berfungsi secara normal.
    JANTUNG KORONER, Materi Penyuluhan : Perawatan Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah + Leaflet
    Coronary syndrome
    1. Tanda dan Gejala
    1. Nyeri dada sebelah kiri saat beraktivitas
    2. Pusing dan sakit kepala
    3. Sesak nafas
    4. Kehilangan kesadaran

    3.  Siapa saja yang bisa terkena penyakit jantung?
    1. Lansia
    Semakin tua usia seseorang maka kekenyalan pembuluh darah pun juga akan berkurang.

    1. Perokok
    Bahan dalam asap rokok yang membahayakan kesehatan jantung adalah nikotin dan karbon. Tiap batang rokok yang dibakar akan menghasilkan 3-6% karbonmonoksida dan sekitar 0,5 mg nikotin. Kadar karbon dalam darah seorang perokok dapat mencapai 5%. Keadaan ini akan menyebabkan penebalan dinding pebuluh darah. Akibatnya perokok memiliki risiko 3x lebih besar terkena penyakit jantung dibandingkan denganorang yang tidak merokok (Wiryowidagdo, 2002)

    1. Orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi
    Timbunan lemak jahat atau biasa disebut dengan kolesterol yang terlalu tinggi akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan akan membentuk plak. Hal ini membuat pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga menghambat aliran darah ke otot jantung yang mengganggu kerja jantung.

    1. Orang dengan hipertensi/ tekanan darah tinggi
    Tkanan darah yang tinggi akan menyebabkan tumpukan plak pada dinding pembuluh darah terlepas sehingga akan menyumbat daerah pembuluh darah yang lebih sempit. Jika plak menyumbat pembuluh darah pada jantung akan menyebabkan menurunnya atau bahkan terhentinya suplai oksigen dan nutrisi ke bagian organ jantung sehingga akan terjadi penyakit jantung.

    1. Penderita Diabetes Mellitus atau kencing manis
    Penderita diabetes saat kadar gula arah tinggi akan menyebabkan pengerasan dan kekakuan pada pembuluh darah. Pada kondisi lebih parah pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi untuk tubuh akan mati.

    1. Obesitas/ kegemukan
    Pada orang obesitas, beban kerja jantung bertambah untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.

    1. Orang dengan stressor tinggi/ sering stress
    2. Kurang berolahraga
    3. Memiliki riwayat keturunan penyakit jantung
    Hal ini bergantung pada gen yang diwariskan dari orang tua yang rentan terkena kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, ataupun diabetes. Selain itu kesamaan gaya hidup juga menentukan, misalnya gaya hidup merokok dan gemar makan makanan tinggi lemak.

    1. Penanganan awal
    Hal yang harus dilakukan orang awam jika menemukan orang yang mengalami serangan penyakit jantung sampai di bawa ke RS maka berikan pertolongan petama sebelum membawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis. Pertolongan petama dikenal dengan sebutan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau RJP (resusitasi jantung paru). Hal ini hnya dilakukan untuk orang yang mengalami henti nafas dan henti jantung. Segeralah memanggil pertolongan dan membawa ke rumah sakit untuk medapt petolongan medis (Hermawati, 2014).

    1. Manajemen Pembatasan Cairan
    1. Kebutuhan cairan dan elektrolit
    Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.

    1. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
    Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria. Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan:
    Umur
    Jumlah air dalam 24 jam
    Fungsi ml/kg berat badan
    3 hari
    250-300
    80-100
    1 tahun
    1150-1300
    120-135
    2 tahun
    1350-1500
    115-125
    4 tahun
    1600-1800
    100-110
    10 tahun
    2000-2500
    70-85
    14 tahun
    2200-2700
    50-60
    18 tahun
    2200-2700
    40-50

    Kebutuhan cairan manusia berdasarkan usia
    (Asmadi, 2008)
    Dewasa
    2400-2600
    20-30


    1. Manajemen Cairan
    1. Prinsip Diet
    Terapi gizi bagi pasien-pasien jantung, khususnya pada pasien gagal jantung harus berfokus pada kesimbangan status cairan dan elektrolit.

    1. Pemantauan kadar kalium, jika pasien mendapatkan terapi diuretik, pada hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang banyak mengandung kalium, seperti air kacang hijau atau suplemen kalium.
    2. Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 gr natrium perhari (konsumsi garam yang berlebihan dan menyebabkan retensi cairan sehingga menambah berat gejala edema yang biasa terjadi pada dekompensasi jantung).
    3. Penyesuaian pembatasan cairan dilakukan menurut:
    1. Respon pasien terhadap pengobatan.
    2. Kepatuhan terhadap pembatasan natrium.
    3. Intensitas/progresivitas penyakit
    4. Cairan: dibatasi, bila ada edema paru keseimbangan cairan harus negatif, cairan yang masuk (infus & minuman/makanan) lebih sedikit dari pada cairan yang keluar (Urine & IWL)
    5. Vitamin, mineral & elektrolit
    1. Natrium dibatasi: 1500 – 2000 mg/hari
    2. Kalium: 2000 – 6000 mg/hari
    3. Magnesium: 300 – 350 mg/hari
    Pedoman praktis untuk pasien gagal jantung juga mendemonstrasikan untuk restriksi diet  sodium. Pembatasan konsumsi sodium 2-3 gram per hari direkomendasikan, berdasarkan konsensus ahli, untuk pasien gagal jantung simtomatis dengan terapi medis optimal termasuk diuretik. Diet tinggi sodium dikaitkan dengan keluaran pada populasi sehat, termasuk insiden hipertensi dan terkait dengan keluaran stroke dan gagal jantung. The Dietary Reference Intake merekomendasikan sodium untuk dewasa sehat (usia 14-50 tahun ) yaitu 1.5 gram/ hari dan intake terbanyak yang masih bisa ditoleransi sebesar 2.3 gram/ hari.

    Pemantauan berat badan harian merupakan bagian yang penting dari manajemen diri- sendiri. Pasien harus mengukur berat badan harian, pada jam dan alat ukur yang sama, dan merespon apabila terdapat penambahan berat badan mendadak >2 kilogram dalam 3 hari. Tidak disarankan adanya restriksi cairan rutin pada pasien stabil dengan gagal jantung ringan hingga sedang. Restriksi cairan sebesar 1,5-2 liter/hari dapat dipertimbangkan pada pasien dengan gejala berat. Dari literatur disebutkan bahwa kepatuhan terhadap pemantauan berat badan ≥6 dari 7 hari akan menurunkan angka hospitalisasi dan kunjungan ke bagian emergensi terkait gagal jantung.
    1. Tujuan
    Asupan cairan harus dibatasi, tidak lebih dari 8 gelas per hari. Ini mencakup semua jenis cairan yang diminum, pada saat makan dan antara waktu makan. Jika natrium darah berada pada tingkat yang rendah, pasien mungkin harus secara drastis mengurangi asupan cairan agar tubuh dapat mengimbangi kadar natrium darah. 

    Pembatasan asupan air pada penderita penyakit jantung sangat perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun Insensible Water Lass. Dengan konsumsi bahwa air yang keluar melalui Insensible Water Lass antara 500-800 ml/hari (sesuai dengan luas permukaan tubuh) maka air yang masuk dianjurkan 500-800 ml ditambah jumlah urin. (Sudoyo dkk, 2006)

    1. Manajemen Diet
    Terapi nutrisi pada pasien jantung harus ditujukan kepada hal-hal berikut ini:
    1. Kurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh, seperti daging merah, jeroan, otak sapi, kuning telur, keju dan lain-lain.
    2. Tingkatkan asupan serat seperti buah pir, pepaya, oatmeal, roti gandum untuk mengikat kolesterol yang dihasilkan oleh tubuh sendiri dalam bentuk garam empedu sehingga kolesterol tidak diserap kembali oleh usus. Ganti konsumsi daging merah dengan daging putih seperti ayam kampung dan ikan atau dengan protein nabati seperti tempe atau tahu (kedelai mengandung soya-lecithine dan isoflavon yang dapat menurunkan kadar kolesterol).
    3. Perbanyak minum air putih. Orang dengan sakit jantung harus banyak mengkonsumsi serat dan air agar menghindari sembelit dan mengejan. Sebab, mengejan dapat berefek buruk. Jika ada pembekuan darah, mengejan dapat menyebabkan bekuan darah lepas dan akhirnya menyumbat pembuluh darah di jantung. Akibatnya peredaran darah ke jantung berhenti dan memicu terjadinya serangan berulang pada jantung. Namun, tidak semua pasien dengan penyakit jantung harus banyak minum, ada juga yang harus dibatasi minumnya karena ada indikasi penumpukan cairan dalam tubuh seperti penumpukan cairan di paru ataupun bengkak.
    4. Tingkatkan konsumsi ikan, khususnya ikan laut yang kaya akan asam lemak omega-3, paling tidak 2-3kali seminggu.
    5. Sering mengkonsumsi buah dan sayuran.
    6. Jangan menggoreng makanan dengan banyak minyak atau dengan jelantah. Gunakan minyak dalam jumlah sedikit sekali pakai. Kalau bisa pilih minyak tak jenuh tunggal seperti minyak zaitun.
    7. Gunakan susu skim, susu kedelai, atau yogurt non-fat dari pada susu fullcream.
    8. Lebih baik gunakan bumbu seperti kunyit, bawang putih,dll untuk memepes ikan daripada menggorengnya dengan mentega atau margarine.

    1. Manajemen Aktivitas
    Seringkali penderita jantung yang di rawat di rumah sakit dianjurkan agar lebih banyak melakukan aktivitas di tempat tidur sehingga untuk urusan buang air kecil maupun buang air besar dilakukan juga di tempat tidur. Tujuan pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitasnya di tempat tidur adalah, dimana dengan melakukan pemenuhan aktivitas ditempat tidur diharapkan pasien menghindari aktivitas berlebih. Jika pasien melakukan aktivitas berlebih sementara jantung pasien dalam keadaan ‘kurang’ baik maka bisa berakibat jantung bekerja semakin keras dan akhirnya berakibat fatal. Aktivitas seperti mengangkat beban, mandi bahkan berjalan merupakan aktivitas yang biasa bagi orang kebanyakan tapi aktivitas yang terlihat ‘mudah’ itu akan terlihat berbeda jika dilakukan pasien jantung. Jika pada orang kebanyakan jantung dapat dengan mudah berkompensasi terhadap aktivitas yang dilakukan maka pada pasien jantung (terjadi pembesaran jantung, kematian jaringan pada jantung, kelainan katub dan lain-lain) hal ini susah untuk dilakukan karena ‘kelainan’ pada jantung yang akan memaksa jantung untuk bekerja ektra keras untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Aktivitas tadi akan membuat jantung penderita berdetak lebih kencang yang mana detakan ini tidak dilakukan dengan sempurna sehingga kebutuhan oksigen yang kaya akan nutrisi yang mengalir melalui darah akan menjadi berkurang atau terhambat ke jantung. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas berlebih mesti dihindari oleh pasien jantung karena bukan hanya nyeri dada saja yang dirasakan, tapi bisa juga  berujung kematian.

    Setelah tahap pemulihan, untuk menjaga agar tubuh selalu dalam kondisi fit, olahraga yang teratur memang sangat diperlukan. Aktivitas fisik ini tidak saja bermanfaat bagi yang sehat, tetapi juga bagi mereka yang mempunyai masalah penyakit jantung. Tetapi khusus penderita sakit jantung, olahraga dapat diibaratkan buah simalakama. Dilakukan salah, tidak dilakukan justru dapat berakibat lebih buruk. Menurut spesialis bedah jantung, paru dan pembuluh darah dari MRCCC Siloam, Yanto Sandy Tjang, bagi mereka yang sudah divonis sakit jantung, olahraga tetap harus dilakukan tetapi intensitasnya harus dikurangi.  Pasien juga harus memilih olahraga ringan untuk menghindari beban kerja jantung yang terlalu berat. Dengan berolahraga 30 menit tiap hari dapat memperbaiki kesehatan jantung dan memberi manfaat efektif bagi kesehatan, misalnya jalan pagi.



    DAFTAR PUSTAKA
    Asmadi 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika, Jakarta
    Bhupathiraju S.N. & Tucker K. L 2011, Coronary heart disease prevention: Nutrients, foods, and dietary patterns. Clinica Chimica Acta; International Journal of Clinical Chemistry 412 (17-18):1493-1514
    British Nutrition Foundation 2005, Cardiovascular disease: Diet, nutrition and E merging Risk factor, Blackwell Publishing, UK
    Hermawati R. 2014, Berkat herbal penyakit jantung koroner kandas. FMedia, Jakarta
    Hidayat A.A.A. 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
    Mulyaningsih F. 2008, Penderita Jantung Menjadi Bugar melalui Olahraga, UNY, Yogyakarta
    Wiryowidagdo 2002, Tanaman obat untuk penyakit jantung, darah tinggi, dan kolesterol. Argomedia Pustaka, Jakarta



    -- Leaflet --